Mahfudhotin. Powered by Blogger.
RSS

Kejujuran, betapa langkanya kata ini!

Mencari orang yang jujur saat ini hampir sama mustahilnya dengan mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Ya!!
Jujur bukanlah semata-mata tidak berkata dusta. Ketika Nabi bersabda, “katakanlah kebenaran itu walaupun pahit”, sebenarnya Nabi memerintahkan kita untuk berlaku jujur dengan lidah kita. Ketika Nabi bersabda, “andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya,” sesungguhnya Nabi mengajarkan kita untuk bertindak jujur dalam penegakkan hukum meskipun terhadap keluarga sendiri. Ketika Al-Qur’an merekam kalimat suci, “sampaikanlah amanah kepada yang berhak,” sesungguhnya Allah menyuruh kita bersikap jujur ketika memegang amanah, baik selaku dosen, pejabat, ataupun pengusaha. Sewaktu Allah menghancurkan harta si Karun karena Karun bersikukuh bahwa harta itu diraihnya karena kerja kerasnya semata, bukan karena anugrah Allah, sebenarnya Allah sedang memberi peringatan kepada kita bahwa itulah azab Allah terhadap mereka
yang tidak berlaku jujur akan rahmat Allah.

Kemudian, bagaimanakah dengan diri kita? Bercermin! Mulai Pandangi diri kita sekarang. Masihkah tersedia kejujuran di dalam segala tindak tanduk kita? Ketika keenggangan menolong teman atau sahabat sendiri, dan kita sadar bahwa kita mampu menolongnya, saat itu kita telah 'menodai' kejujuran.

Ketika di sebuah pengajian atau kajian kita ditanya jama'ah sebuah pertanyaan yang sulit, dan kita tahu bahwa kita tak mampu menjawabnya, tapi kita jawab juga dengan "putar sana-sini"(wah-wah nekat juga ya!!!), maka kita telah melanggar sebuah kejujuran (orang kini menyebutnya "kejujuran ilmiah").

Adakah orang jujur saat ini teman?

Bahkan Yudhistira yang dalam kisah Mahabharata terkenal jujur pun sempat berbohong dihadapan Resi Durna saat perang Bharata Yudha. Dewa dalam kisah tersebut menghukum Yudhistira dengan membenamkan roda keretanya ke dalam tanah beberapa senti. Anda boleh tak percaya cerita Mahabharata ini, tapi jangan bilang bahwa Anda meragukan Allah mampu menghukum kita akibat ketidakjujuran kita dengan lebih dahsyat lagi. Kalau Dewa mampu menghukum Yudhistira seperti itu, jangan-jangan Allah akan membenamkan seluruh yang kita banggakan ke dalam tanah hanya dalam kejapan mata saja (oh my God).

Guru ngajiku pernah bercerita ketika ada orang yg baru masuk Islam bertanya kepada Rasul bahwa ia belum mampu untuk mengikuti gerakan sholat dan kewajiban lainnya, Rasul hanya memintanya untuk berlaku jujur.

Ketika ada seorang teman yang masuk Islam, dan belum bisa sholat serta puasa, ku minta dia untuk berlaku jujur saja dahulu. Si teman itu terperanjat. Boleh jadi dia kaget bahwa betapa Islam memandang tinggi nilai kejujuran. Kini,akulah yang terperanjat dan terkaget-kaget menyaksikan perilaku kita semua yang sudah bisa sholat dan puasa namun tidak mampu berlaku jujur. Naadubillahimindzalik Robbi ..

Duh Gusti Pengeran! Betapa jauh prilaku kami dari contoh yang diberikan Nabi-Mu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment