Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Ebiet G.Ade saat belasan
tahun yang lalu, dalam lagunya menjadi hit. Ebiet menggugat, dia ingin bertanya pada rumput yang bergoyang. Apakah dia tak lagi punya
asa? atau dia frustasi?
Namun
aku bisa menangkap apa isi gugatannya ketika dia berteriak, "mengapa di
tanahku terjadi bencana?" Apa ini juga yang ditanyakan bangsa kita saat ini?
Dia kabarkan berita ini kepada laut, karang, ombak bahkan
matahari. Sayang, dia mengaku tak memperoleh jawaban. Yang dapat dia
lakukan adalah menduga-duga. Mungkinkah ini murka Tuhan? Mungkinkah ini
karena alam tak lagi bersahabat?
We Don't Know. Entahlah.
Boleh jadi Tuhan memang sedang murka. Tetapi, aku mengira benar bahwa
alam tampaknya sedang tak bersahabat saja. Coba lihat, merapi memuntahkan
laharnya. Belum habis air mata kita, Irian Jaya, jakarta dan Samarinda
diterjang banjir. Allahu Robbi..
Api.
Air. Inikah tanda kemarahan alam? Jika iya, mengapa Tuhan ijinkan alam
untuk mengeskpresikan kegalauannya?
Kemudian, sampai kapan Tuhan ijinkan alam
untuk marah? Alam marah, benarkah ini juga berarti Tuhan sedang marah?
Ahaaa!! Tiba-tiba gugatan dan renungan Ebiet belasan tahun yang lalu terdengar
kembali dan mampir ke kamarku. Bedanya, aku yang sekarang masih mempunyai harapan, meski sedikit ada kecemasan tersendiri.Harapan itulah yang membuat aku tak
bertanya pada rumput yang bergoyang. Harapan itulah yang membuat aku 'merayu' Tuhan dalam doaku. Semoga Tuhan segera menyuruh alam
berhenti 'ngambek'.
Rumput bergoyang,
merapi berguncang,
dataran tergenang
Ah...duhai alam, terimalah salamku, bukankah tak baik kalau kita bertengkar lebih dari tiga hari?
al-Haq min Allah!
0 comments:
Post a Comment