Mencari
orang yang jujur saat ini hampir sama mustahilnya dengan mencari jarum
di dalam tumpukan jerami. Ya!!
Jujur bukanlah semata-mata tidak berkata
dusta. Ketika Nabi bersabda, “katakanlah kebenaran itu walaupun pahit”,
sebenarnya Nabi memerintahkan kita untuk berlaku jujur dengan lidah
kita. Ketika Nabi bersabda, “andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri,
niscaya akan aku potong tangannya,” sesungguhnya Nabi mengajarkan kita
untuk bertindak jujur dalam penegakkan hukum meskipun terhadap keluarga
sendiri. Ketika Al-Qur’an merekam kalimat suci, “sampaikanlah amanah
kepada yang berhak,” sesungguhnya Allah menyuruh kita bersikap jujur
ketika memegang amanah, baik selaku dosen, pejabat, ataupun pengusaha.
Sewaktu Allah menghancurkan harta si Karun karena Karun bersikukuh bahwa
harta itu diraihnya karena kerja kerasnya semata, bukan karena anugrah
Allah, sebenarnya Allah sedang memberi peringatan kepada kita bahwa
itulah azab Allah terhadap mereka
yang tidak berlaku jujur akan rahmat Allah.
Kemudian, bagaimanakah dengan diri kita? Bercermin! Mulai Pandangi diri kita sekarang. Masihkah
tersedia kejujuran di dalam segala tindak tanduk kita? Ketika
keenggangan menolong teman atau sahabat sendiri, dan kita sadar bahwa kita mampu menolongnya,
saat itu kita telah 'menodai' kejujuran.
Ketika
di sebuah pengajian atau kajian kita ditanya jama'ah sebuah pertanyaan
yang sulit, dan kita tahu bahwa kita tak mampu menjawabnya, tapi kita
jawab juga dengan "putar sana-sini"(wah-wah nekat juga ya!!!), maka kita
telah melanggar sebuah kejujuran (orang kini menyebutnya "kejujuran
ilmiah").
Adakah orang jujur saat ini teman?
Bahkan
Yudhistira yang dalam kisah Mahabharata terkenal jujur pun sempat
berbohong dihadapan Resi Durna saat perang Bharata Yudha. Dewa dalam
kisah tersebut menghukum Yudhistira dengan membenamkan roda keretanya ke
dalam tanah beberapa senti. Anda boleh tak percaya cerita Mahabharata
ini, tapi jangan bilang bahwa Anda meragukan Allah mampu menghukum kita
akibat ketidakjujuran kita dengan lebih dahsyat lagi. Kalau Dewa mampu
menghukum Yudhistira seperti itu, jangan-jangan Allah akan membenamkan
seluruh yang kita banggakan ke dalam tanah hanya dalam kejapan mata
saja (oh my God).
Guru
ngajiku pernah bercerita ketika ada orang yg baru masuk Islam bertanya
kepada Rasul bahwa ia belum mampu untuk mengikuti gerakan sholat dan
kewajiban lainnya, Rasul hanya memintanya untuk berlaku jujur.
Ketika
ada seorang teman yang masuk Islam, dan belum bisa sholat serta puasa,
ku minta dia untuk berlaku jujur saja dahulu. Si teman itu terperanjat.
Boleh jadi dia kaget bahwa betapa Islam memandang tinggi nilai
kejujuran. Kini,akulah yang terperanjat dan terkaget-kaget menyaksikan
perilaku kita semua yang sudah bisa sholat dan puasa namun tidak mampu
berlaku jujur. Naadubillahimindzalik Robbi ..
Duh Gusti Pengeran! Betapa jauh prilaku kami dari contoh yang diberikan Nabi-Mu.
0 comments:
Post a Comment