At Pesantren kilat PP Assalafi
Al-Fithrah
Kun Fayakun yang terjadi maka terjadilah. Allah tidak akan menghendaki hamba-Nya menerima ilmu jikalau Allah tidak menghendakinya. Tradisi di keluarga saya yang setiap anak perempuan maupun laki-laki sebisa-bisanya harus keluar rumah untuk di pondokkan ngalab barokah Kiai baik itu ilmu kauniyah ataupun ilmu akhiroh. Flash back 10 tahun yang lalu, selama kurang lebih 6 tahun saya menjalani pendidikan baik formal maupun non formal di salah satu pesantren di kampung saya. Mempunyai abah yang punya nama yang di ta’dzimi di pondok, saya mendapatkan perlakuan khusus boleh mondok meskipun paginya keluar pesantren untuk sekolah laduni di lembaga negeri milik pemerintah. Awalnya melakukan aktivitas dari dua kehidupan yang berbeda 180 derajat ini tidaklah mudah. Membangun kepercayaan dengan pihak ndalem dengan prestasi yang tidaklah buruk-buruk amat sungguh mengucurkan keringat disambi mengorbankan jarang tidur, selain untuk menjaga nama baik keluarga.
Rindu akan kehidupan pondok yang
sedikit-sedikit setor hafalan Al Qur’an, jamaah sholat malam di masjid,
mendapatkan surat dari asrama ihwan jikalau tidak ketahuan pengurus pondok,
lomba kaligrafi, berlomba-lomba menghafal nahwu sorof, juga drama dan pengajian
saat haul akbar pondok, bazaar makanan tiap satu tahun sekali dan lain
sebagainya. Hal-hal yang seperti ini yang membuat senyum tersungging di bibir
ketika mengenangnya.
Sebagai mahasiswa tingkat akhir di
salah satu universitas di Surabaya, ada kesempatan mondok kilat di pondok pesantren Al Fithroh Salafiyah tidak saya
lewatkan begitu saja. Maha suci Allah, atas kuasanya saya bertemu dengan
orang-orang hebat setanah air yang sedang mondok
kilat, ditambah Asatidz
dan Asatidzah yang dipercaya salah satu Kiai besar di jawa,
sungguh hal yang luar biasa dan merasa ini “keberuntungan”! Bertepatan dengan
bulan romadhon 1434 hijriah, saat yang tepat untuk menata jenjang berikutnya
selepas dari tamat sarjana. Disana, saya mendalami manakib dan hafalan Al
Qur’an. Pondok dengan 2000 santri lebih ini menelurkan tahfidz-tahfidzil Al
Qur’an dengan suara-suara bacaannya yang ketika semua telinga mendengarkan bisa
merinding karena ketak’dziman tahfidz membacanya.
Potongan memoar selama nyantri di Al
Fithroh sebelum takbir kemenangan dikumandangkan, masih lekat dikepala saat
perpisahan, maka izinkan saya dan seluruh teman-teman dalam satu nama
“Al-Faqir” mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya ^^
Atas Nama Santri Romadhon
Putri
ا لسلا م عليكم و ر حمة ا لله و بر كا ته
الحمد لله ر ب ا لعا لمين, و به نستعين على ا
مو ر ا لد نيا و ا لد ين, و ا لصلا ة و ا لسلا م على محمد و على ا له و صحبه ا
جمعين, ا ما بعد.
Kepada yang
terhormat pengasuh dan Sesepuh pondok Al-Fithrah. Yang terhormat kepala pondok
Al- Fithrah. Yang terhormat Ketua pondok Ramadhan
Al-Fithrah. Yang terhormat seluruh
jajaran Asatidz dan Asatidzah, dan tak lupa kepada segenap teman-teman yang
saya cintai.
Segala
puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi
rahmat dan kesempatan kepada kita semua dalam kegiatan Pondok Romadhon ini.
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW. Yang telah membawa kita dari jalan yg biadab menuju jalan yg beradab,
yakni ا لد ين ا لا سلا م.
Kami
semua (Santri Romadhon) mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada panitia
kegiatan Pondok Romadhon ini, yg telah memberi perhatian penuh kepada kami
semua, dari segi tempat, materi dan berjalannya kegiatan ini.
Disamping
itu kami semua juga meminta beribu-ribu maaf atas kesalahan dan keteledoran
kami yg sering kali kami lakukan, baik kepada Panitia ataupun Asatidz Asatidzah
yang memberi bimbingan kepada kami semua.
Demikian
yang bisa kami sampaikan, apabila ada kurang lebihnya, kami mohon maaf yang
sebesar-sebesarnya.
Rajut
benang dengan keceriaan, sulam dengan kasih sayang, ukir dengan satu
kebersamaan, ingat arpond dari makan talaman, mengalun bersama manakiban,
tangisi dengan adanya fida’an, akhiri dengan perpisahan.
و
ا لسلا م عايكم و ر حمة ا لله و بر كا ته.
0 comments:
Post a Comment